Ketapang merupakan kabupaten yang kaya akan budayanya. Misalnya dapat kita lihat dari segi bahasa, diaman setiap kampung atau lebih spesifik dari setiap akar sungai mempunyai bahasa yang berbeda-beda, belum lagi ditinjau dari sisi kesenian, teknologi, kuliner dan lain-lain. Dewasa ini, kabupaten Ketpaang sedang dalam pembangunan di berbagai bidang untuk peningkatan kesejahteraan msyarakat. Tolak ukur yang dipakai lebih dominan pada taraf ekonomi. Kita juga banyak melihat masuknya perkebunan dan pertambangan ke pelosok-pelosok dan kecamatan di Kabupaten Ketapang dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Secara tidak langsung, masuknya perkebunan dan pertambangan akan mengalami pergesekan dengan budaya lokal yang ada di daerah-daerah. Pengelolaan yang salah justru dapat merusak lingkungan dan alam sekitar.
Akibat perusakan alam oleh perkebunan dan pertambangan, bisa sampai pada penghambatan aktivitas budaya dan tradisi serta kearifan lokal masyarakat Dayak Ketapang yang selama ini dipegang teguh secara turun menurun. Menurut penelitian, Kearifan lokal yang ada di Kabupaten Ketapang terbagi atas enam kelompok yaitu rumah adat, adat budaya, lingkungan, kesehatan, pertanian, dan perikanan. Melihat hal ini, kita dapat melihat betapa kayanya kearifan lokal yang ada di Kabupaten Ketapang, dan salah satu faktor penting dari semua ini adalah alam.
Berbica mengenai makna, Rumah Adat misalnya melambangkan kebersamaan dalam hidup, dimana segala kegiatan di dalamnya membutuhkan alam. Sedangkan “adat budaya” masyarakat Dayak tidak bisa jika tanpa sumber daya alam alam (hutan). Mengapa tidak bisa ? Hal ini dikarenakan oleh segala kebutuhan ritual dan kebiasaan-kebiasaan orang Dayak bersumber dari alam.
Kemudian “lingkungan”, tradisi masyarakat Dayak tidak bisa dipisahkan dari yang namanya lingkungan. Lingkungan dan masyarakat Dayak sendiri sejak dulu sudah saling bersahabat, baik itu dengan segala “penunggu” alam semesta, hutan, tanah, air, kayu, batu, dan lain-lain. Sejak dulu, masyarakat Dayak Ketapang meyakini bahwa di luar alam manusia juga ada kehidupan lain, dan itulah alasan diadakannya ritual-ritual tersebut.
Berikut “kesehatan”. Potensi alam yang ada di Kabupaten Ketapang cukup melimpah dimana banyak terdapat obat-obatan herbal yang ada di dalamnya. Di samping “kesehatan” ada juga “pertanian”. Bertani merupakan kebiasaan suku Dayak Ketapang di mana pola pertanian mereka menggunakan siklus (berpindah-pindah dan kembali lagi ke asal) dan semua ini harus mempunyai lahan yang baik dan subur. Dan yang terakhir Perikanan. Dengan dianugerahi oleh anak-anak sungai yang banyak, air yang mengalir tenang maupun deras dan bersih, membuat hasil perikanan di daerah kabupaten Ketapang cukup baik.
Dari keenam kearifan lokal di atas, dapat kita simpulkan bahwa alam merupakan kunci utama dari segalanya. Jikalau hutan, tanah, air, dan lain-lain habis oleh karena pertambangan dan perkebunan, mau dibawa ke mana kebudayaan Dayak Ketapang yang katanya masih kental dengan adat budaya ? Kita sebagai generasi penerus berharap jangan sampai kita tinggal mendengar cerita dan melihat foto-foto serta dokumentasi tentang Dayak Ketapang saja nanti. Karena Kebudayaan merupakan sebuah identitas dan mencerminkan sebuah kepribadian. Kita menyimpulkan bahwa kebudayaan adalah akar kehidupan. Untuk itu, pelestarian kebudayaan dipandnang sangat penting supaya identitas orang Dayak tidak hilang, alam tetap lestari, dan adat-istiadat tetap kuat. (Dwi Za Bagastia, Sekolah Tinggi Teknologi Nasional, Yogyakarta)
Berbica mengenai makna, Rumah Adat misalnya melambangkan kebersamaan dalam hidup, dimana segala kegiatan di dalamnya membutuhkan alam. Sedangkan “adat budaya” masyarakat Dayak tidak bisa jika tanpa sumber daya alam alam (hutan). Mengapa tidak bisa ? Hal ini dikarenakan oleh segala kebutuhan ritual dan kebiasaan-kebiasaan orang Dayak bersumber dari alam.
Kemudian “lingkungan”, tradisi masyarakat Dayak tidak bisa dipisahkan dari yang namanya lingkungan. Lingkungan dan masyarakat Dayak sendiri sejak dulu sudah saling bersahabat, baik itu dengan segala “penunggu” alam semesta, hutan, tanah, air, kayu, batu, dan lain-lain. Sejak dulu, masyarakat Dayak Ketapang meyakini bahwa di luar alam manusia juga ada kehidupan lain, dan itulah alasan diadakannya ritual-ritual tersebut.
Berikut “kesehatan”. Potensi alam yang ada di Kabupaten Ketapang cukup melimpah dimana banyak terdapat obat-obatan herbal yang ada di dalamnya. Di samping “kesehatan” ada juga “pertanian”. Bertani merupakan kebiasaan suku Dayak Ketapang di mana pola pertanian mereka menggunakan siklus (berpindah-pindah dan kembali lagi ke asal) dan semua ini harus mempunyai lahan yang baik dan subur. Dan yang terakhir Perikanan. Dengan dianugerahi oleh anak-anak sungai yang banyak, air yang mengalir tenang maupun deras dan bersih, membuat hasil perikanan di daerah kabupaten Ketapang cukup baik.
Dari keenam kearifan lokal di atas, dapat kita simpulkan bahwa alam merupakan kunci utama dari segalanya. Jikalau hutan, tanah, air, dan lain-lain habis oleh karena pertambangan dan perkebunan, mau dibawa ke mana kebudayaan Dayak Ketapang yang katanya masih kental dengan adat budaya ? Kita sebagai generasi penerus berharap jangan sampai kita tinggal mendengar cerita dan melihat foto-foto serta dokumentasi tentang Dayak Ketapang saja nanti. Karena Kebudayaan merupakan sebuah identitas dan mencerminkan sebuah kepribadian. Kita menyimpulkan bahwa kebudayaan adalah akar kehidupan. Untuk itu, pelestarian kebudayaan dipandnang sangat penting supaya identitas orang Dayak tidak hilang, alam tetap lestari, dan adat-istiadat tetap kuat. (Dwi Za Bagastia, Sekolah Tinggi Teknologi Nasional, Yogyakarta)