Menganggap bahwa perkumpulan sangatlah penting, maka pada tahun 1977 Ian Paulus, Yosef Yoseade, Tarce Siar, Yakobus, Mulyono, Sutopo dan Andreas membentuk suatu perkumpulan yang diberi nama KPMKKB (Keluarga Pelajaran Mahasiswa Katolik Kalimantan Barat) yang bertempat di Muntilan. Baru pada tahun 1979 pindah ke Yogyakarta. Anggota sebagai mahasiswa Katolik Kalimantan Baratpun lumayan bertambah ketimbang di Muntilan. Salah satu hal yang mendorong terbentuknya organisasi mereka adalah terpencilnya mereka di KPMKB (Keluarga Pelajar Mahasiswa Kalimantan Barat).
Para anggota KPMKKB dengan jumlah minoritas tinggal terpisah-pisah dibanding dengan KPMKB yang mayoritas tinggal di Asrama Bintaran. Namun, dengan tinggal terpisah-pisah tidak membuat mereka surut semangat untuk berkumpul menumbuhkan keakraban yang berarti. KPMKKB belum mempunyai kegiatan yang jelas, dan hanya berkutat pada kegiatan Natal bersama dan Paskah bersama. Terkadang kegiatan mereka bersifat insidentil, maka tidak heran mereka dikenal dengan julukan “tukang makan” karena lebih sering mengadakan masak-masak bersama.
Pada januari 1982 barulah terpilih Ian Paulus sebagai Ketua organisasi, dan pada waktu itu juga ada kepengurusan yang lengkap. Mulai dari situ suatu organisasi lahir dengan kegiatan-kegiatan sosial keagamaan yang lebih berarti. Dari tahun ke tahun dan pergantian kengurusan, anggota semakin bertambah banyak. Kegiatanpun mengalami perkembangan sampai pada kepimpinan Sekundus Rintih pada tahun 1994, kemudian dilanjutkan Frans Mecer, Sunuwaluyo dan Suriono pada tahun-tahun berikutnya.
Era 1996-1997 oleh Alibata Cs terbentuk Bedayong (Bujang Dare Kayong), perkumpulan yang berpayung di bawah Keuskupan Ketapang. Kegiatan yang dilakukan selain masih melaksanakan kegiatan rutinitas seperti Natal bersama dan Paskah bersama, Bedayong menambah kegiatan pengembangan diri dalam bidang pendidikan dan promosi budaya. Dalam bidang bidang pendidikan, Bedayong melaksanakan latihan kepemimpinan tingkat dasar bagi para anggotanya, dan di bidang promosi budaya, Bedayong berpromosi lewat tarian dayak di beberapa gereja.
Dalam perjalanannya, komitmen suatu organisasi mulai terbentuk. Ikatan kedaerahan semakin kuat, mahasiswa Dayak di Yogjakarta semakin bertambah, kegiatanpun semakin terarah. Organisasi-organisasi kabupaten mulai terbentuk; setelah Bedayong terbentuk Sintang (IKPMKS), Kapuas Hulu (IKPMDKH) dan seterusnya.
Dengan komitmen tinggi dan cinta terhadap budaya daerah (Budaya Dayak), pada tahun 2003, IKPMKS (ikatan perlajar mahasiswa kristiani sintang) dengan didukung oleh IPMKKB (sekarang menjadi SEKBER JC OEVAANG OERAAY) berhasil melaksanakan Pentas Seni Budaya Dayak se-Kalimantan I (dulu Gawai Dayak) di Yogyakarta. Walaupun serba kekurangan, langkah ini adalah suatu gebrakan baru dari mahasiswa Dayak Kalimantan Barat dalam rangka mempromosikan budaya sebagai peranan mahasiswa terhadap daerahnya. Kemudian kegiatan ini terus berlanjut kearah yang lebih baik hingga sekarang sebagai agenda rutinitas tahunan organisasi-organisasi kabupaten di bawah koordinasi organisasi Sekber JC Oevaang Oeraay.
Di sisi lain, sesuai perkembangannya, selain promosi budaya, seakan ingin bersentuhan langsung dengan daerah asal, mereka (organisasi-organisasi kabupaten) mencetak sebuah media informasi sebagai sarana komunikasi mereka dengan daerah, dan sebaliknya. Media BETANG (Berita Anak Ketapang) adalah yang paling pertama dicetak pada tahun 1998, kedua adalah SAPE’ (terbitan Jaringan Mahasiswa Pedalaman dan JC Oevaang Oeraay) dicetak mulai tahun 2007, dan yang ketiga adalah MATANG (Majalah Sintang) dicetak tahun 2010. Isipun seolah tidak kalah penting dari media-media yang sudah terkenal, mulai informasi pendidikan, ekonomi, sosial budaya dan bahkan politik daerah.
Usaha organisasi-organisasi dalam melaksanakan peranan terhadap daerah asal, ada yang langsung mendapat respon positif dari PEMDA setempat dan adapula yang tidak mendapat respon positif dari PEMDA. Namun demikian, atas dasar ikatan keakraban yang tinggi, walaupun tidak mendapat respon PEMDA mereka tetap berpartisipasi dalam mensukseskan kegiatan yang positif.
Dengan melihat semangat dan keakraban yang sangat tinggi, serta menjujung tinggi nilai-nilai kebudayaan daerahnya, keberadaan organisasi kedaerahan Dayak Kalimantan Barat di Yogjakarta wajib diapresiasi karena telah memberi peran dan ikut serta dalam proses mengembangkan daerah, baik dalam bidang kebudayaan maupun bidang media informatif. Di sisi lain kegiatan-kegiatan yang bersifat positif telah memberi nilai tambah bagi daerah asal sehingga tidak ada cap negatif dari orang lain dan mudah diterima dalam komunitasnya.
Paling tidak ada beberapa hal yang membuat organisasi kedaerahan mahasiswa Dayak ini tetap berjalan dengan baik; pertama adalah ketika anggotanya masih menjunjung tinggi nilai Budayanya, karena dengan ikatan budayalah mereka bisa membaur dengan sesamanya. Ikatan budaya pula sebagai indentitas diri dalam melaksanakan promosi daerah.
Kedua, ketika anggota menjaga kekerabatan dan keakraban, baik dengan sesama satu daerah maupun dengan daerah lain. Karena, telah disinggung bahwa cap positif hanya diperoleh dari tingkah laku yang positif.
Ketiga, ketika organisasi mendapat dukungan dari daerah khususnya dari Pemerintah Daerah, hal ini adalah yang terpenting karena berkaitan dengan bantuan finansial sehingga dapat melaksanakan peranan sebagai organisasi kedaerahan yang ikut serta mempromosikan daerah terutama dalam kegiatan yang berskala besar.
Setelah semua terpenuhi maka organisasi berjalan dengan baik dan tentunya dengan melakukan perubahan kearah yang paling baik. (Agung Mombolt 2011)